asrullah, asrullah (2018) HUKUM ISTIMTA’ ANTARA PUSAR DAN LUTUT KETIKA ISTRI SEDANG HAID (STUDI KOMPARATIF MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB HAMBALI). Diploma thesis, perpustakaan syariah.
|
Text
BAB 1.pdf Download (543kB) | Preview |
|
|
Text
BAB 3.pdf Download (577kB) | Preview |
|
|
Text
BAB 2.pdf Download (494kB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK Skripsi yang berjudul “HUKUM ISTIMTA’ ANTARA PUSAR DAN LUTUT KETIKA ISTRI SEDANG HAID (STUDI KOMPERATIF MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB HAMBALI” ini ditulis berdasarkan pendapat kedua mazhab yang berbeda pendapat tentang hukum bersenang-senang terhadap istri pada saat haid. Terjadinya perbedaan pandangan antara mazhab hanafi dan mazhab hambali mengenai hal ini, disebabkan terjadinya perbedaan pandangan mengenai penjelasan surah Al-Baqarah (Q.S. 2: 222). Setiap insan yang bernama wanita dalam kehidupannya akan melalui suatu proses aqil baligh yaitu dimana hal tersebut ditandai dengan keluarnya darah kotoran pada tubuhnya melalui farj-nya yang dinamai haid atau dikenal pada kalangan kita yaitu menstruasi. Bagi wanita yang sedang mengalami haid, ada beberapa hal yang harus dihindari baik itu terkait untuknya dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Larangan yang terkait bagi dirinya sendiri antara lain adalah shalat, puasa, menyentuh dan membawa Al-Qur’an, serta melakukan tawaf. Sedangkan larangan untuk orang lain yakni suaminya ialah melakukan hubungan intim Jenis penelitian ini adalah library research yaitu dengan mengambil, membaca, dan menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analysis. Menelusuri jalur kedua pendapat mazhab antara mazhab hanafi dan mazhab hambali dengan menggunakan metode komperatif. Berdasarkan penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa kedua mazhab mempunyai argumen yang jelas, yaitu mazhab hanafi berargumen bahwa haram atau terlarang untuk melakukan bersenang-senang terhadap istri dalam kondisi haid antara pusar dan lutut dengan alasan hal tersebut dapat memicu terjadinya hubungan intim, karena tidak menutup kemungkinan saat dorongan nafsu syahwat memuncak diluar kontrol manusia pada umumnya hal yang terlarangpun dapat dilakukan. Sedangkan mazhab hambali membolehkan melakukan istimta’ dengan syarat suami tersebut dapat mengontrol nafsu syahwatnya dan suami harus mempunyai sifat wara’.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | ?? Z665 ?? |
Depositing User: | Users 347 not found. |
Date Deposited: | 28 Aug 2018 03:16 |
Last Modified: | 28 Aug 2018 03:16 |
URI: | http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/1686 |
Actions (login required)
View Item |