Endang Rochmiatun, penulis (2016) GERAKAN ”SAREKAT ABANG” DI ONDERAFDELING OGAN ILIR KARESIDENAN PALEMBANG AWAL ABAD XX. Rafahpress.
|
Text
lengkap gerakan serekat abang.pdf Download (992kB) | Preview |
Abstract
Peristiwa tahun 1918 di Onderafdeling Ogan Hilir sebenarnya memperlihatkan trauma sosial-kultural masa awal dari hubungan Kolonial yang bersifat sub-ordinatif. Dalam situasi yang tidak mementu tersebut masyarakat desa/dusun berusaha memulihkan atau bahkan berusaha merombak dunia realitas (dibawah tekanan Kolonial Belanda) dan menginginkan terciptanya suatu dunia yang mereka sendiri sebenarnya tidak tahu secara pasti bagaimana bentuknya. Mereka sepertinya hanya menginginkan mengembalikan adat pada kebiasaan semula. Mereka menginginkan suasana hidup yang aman dan damai, dan membenci sebuah kekuasaan yang jahat dan penuh kekerasan. Ambruknya tatanan sosial kesultanan akibat penetrasi kolonial, mengakibatkan timbulnya cita-cita masyarakat untuk membangun kembali tatanan lama yang telah ambruk dalam bentuk harapan akan kedatangan Mahdi. Dalam keadaan yang seperti perirtiwa di atas, di mana para umara, tidak bisa menjadi “tumpuhan”, masyarakat di kalangan bawah mulai mengingat masa lampau dengan mengharapkan datangnya juru selamat dalam sosok “ratu adil” atau “Imam Mahdi”. Di kalangan penduduk bawah uluan, bersamaan dengan adanya politik ethis yang salah satunya adalah berisi tentang edukasi, dengan tujuan memajukan pendidikan justru berdampak mulai muncul gap di kalangan penduduk, yaitu adanya golongan atas, anak pasirah, pembarap, bahkan kerio yang dapat mengenyam pendidikan formal yang diselenggarakan Belanda. Tahun 1915-an di daerah Onder Afdeling Ogan Hilir Organisasi Sarekat Islam menanamkan pengaruhnya dengan tokoh yang kemudian dikenal dengan nama “Raden Gunawan”. Organisasi Sarekat Islam (SI) sebenarnya adalah organisasi yang tujuannya adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolongmenolong di antara muslim dan mengembangkanperekonomian rakyat dengan nilai-nilai dasar pergerakan kaum terjajah dengan bertumpu pada dimensi religiusitas dengan akar keIslaman, nasionalisme keindonesian, dan kerakyatan (demokrasi) bagi kebangunan kaum Bumi Putera (Inlander). Titik tujuanya adalah kehendak mengenyahkan penjajah Belanda, dan diraihnya sebuah pemerintahan sendiri yang dipegang, ditentukan, dan dijalankan oleh bangsa Indonesia secara mandiri. Figur dan aktivitas Raden Gunawan tersebut ternyata memberi inspirasi kepada seorang tokoh di Onderafdeling Ogan Ilir/Hilir yakni Pesirah (Depati) Abdul Hamid dan Muhammad Amin. Pesirah (Depati) Abdul Hamid dan dibantu oleh Muhammad Amin mendirikan sebuah perkumpulan yang disebut dengan Sarekat Abang. Melalui organisasi inilah kemudian salah satu peristiwa tanggal 6 Februari 1918 didaerah Onder Afdeling Ogan Hilir terjadi. Tokoh “Raden Gunawan “sendiri sebenarnya meski dalam sumber teks Kolonial disebut sebagai pemimpin mereka, namun jika dianalisis kemungkinan nama “Raden Gunakan” adalah simbol bagi ideologi mereka. Karena “Raden Gunawan” keberadaan nama tokoh tersebut sebagai pemimpin geraka sosial muncul juga di daerah-daerah lainya baik di Afdeling Palembang maupun di Afdeling Muara Tembesi Karesidenan Jambi. Nama“Raden Gunawan” seolah adalah tokoh yang dikagumi, ia seakan akan menjadi personifikasi dari kepemimpinan.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | Adab dan Humaniora > Sejarah Peradaban Islam |
Depositing User: | Fakultas Adab |
Date Deposited: | 20 Mar 2023 03:38 |
Last Modified: | 20 Mar 2023 04:13 |
URI: | http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/25981 |
Actions (login required)
View Item |