Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Pengembangan Moderasi Pemahaman Hadis di Indonesia

Nadhiran, Hedhri and Hayati, Sofia (2021) Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Pengembangan Moderasi Pemahaman Hadis di Indonesia. NoerFikri, Palembang. ISBN 978-623-250-308-3

[img]
Preview
Text
Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Pengembangan Moderasi Pemahaman Hadis.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Moderasi yang dipahami sebagai sikap dan pandangan yang tidak berlebihan (moderat) sangat dibutuhkan ketika di era modern ini muncul pemahaman terhadap hadis yang sangat tekstual di satu sisi, dan sangat kontekstual di sisi yang lain. Masing-masing dari kalangan tekstualis dan kontekstualis menganggap metode mereka sebagai yang terbaik dan cenderung mengabaikan yang lain. Padahal analisis terhadap metode pemahaman hadis para ulama terdahulu menunjukkan bahwa kedua tipologi ini dapat diterapkan secara proporsional, dan inilah yang disebut dengan moderasi pemahaman hadis. Dalam konteks ini, kajian terhadap pemikiran hadis Hasbi Ashiddieqy dan bagaimana kontribusinya dalam pengembangan moderasi pemahaman hadis menjadi sesuatu yang sangat signifikan - terutama bagi Indonesia yang tengah gencar diserbu oleh pemahaman hadis yang sangat tekstual dan cenderung kaku (hard textual), dan terkadang mengarah kepada disintegrasi Bangsa. Hasbi sendiri dikenal sebagai sosok ‘Pembaharu’ yang banyak menulis beragam persoalan keIslaman, termasuk di bidang keilmuan hadis. Hasbi membedakan pengertian hadis dan sunnah. Ia mendefinisikan hadis sebagai riwayat lafziyah bagi perkataan, perbuatan dan hal ihwal Nabi. Sementara sunnah adalah perbuatan-perbuatan beliau yang dipraktekkan secara terus menerus di hadapan para sahabat dan kemudian mereka tiru serta dipraktekkan oleh generasi muslim dari abad ke abad sehingga memiliki nilai mutawatir ‘amali. Ia juga menegaskan bahwa hadis dapat dipakai sebagai hujjah dalam persoalan aqidah, ataupun dalam persoalan hukum, khususnya hadis mutawatir. Sementara hadis masyhur dan ahad yang shahih atau hasan hanya digunakan pada persoalan hukum (ibadah) dan muamalah. Adapun hadis dhaif, tidak boleh dipakai dalam bidang apapun walaupun dalam masalah fadha’il al-a’mal. Terkait dengan persoalan pemahaman, Hasbi menyatakan bahwa pertama kali, hadis harus dipahami menurut makna yang zahir. Pemahaman tekstual ini berlaku secara tetap pada hadis aqidah dan ibadah mahdhah. Di bidang muamalah, kedua tipologi ini dapat diterapkan dengan memperhatikan qarinah yang mengiringi hadis, seperti ‘illat hukum, kondisi sosial ketika sebuah hadis lahir dan peran Nabi ketika menyampaikan hadis. Tujuannya agar diketahui ruh syari’at penetapan sebuah ajaran. Poin penting lain dari moderasi pemahaman Hasbi adalah keharusan membedakan antara hadis tasyri’ dan hadis irsyad. Dengan sikap moderatnya ini, ia mengusung gagasan pembentukan fiqh Indonesia, yang pada gilirannya telah menginspirasi timbulnya pemikiran yang menghidupkan dan mengembangkan daya ijtihad terutama di bidang fiqh (hukum Islam) dengan menekankan jiwa syariat, kemashlahatan umat dan penghargaan terhadap adat atau tradisi. Disinilah kontribusi Hasbi dalam pengembangan moderasi pemahaman hadis.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Hasbi, Moderasi, Pemahaman Hadis, Tekstual, Kontekstual
Subjects: 200 Agama > 297 Islam > 2x2 Hadits dan Ilmu Terkait
Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadits
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam > 76235 - Ilmu Hadis
Depositing User: HEDHRI NADHIRAN 197404271997031002
Date Deposited: 10 Apr 2023 01:59
Last Modified: 10 Apr 2023 01:59
URI: http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/26401

Actions (login required)

View Item View Item