KEMISKINAN DI PEDESAAN : STUDI TERHADAP PENGAMALAN AGAMA DAN PERILAKU MENYIMPANG DI KECAMATAN PEMULUTAN SELATAN KABUPATEN OGAN ILIR

AMRI, SAIFUL (2007) KEMISKINAN DI PEDESAAN : STUDI TERHADAP PENGAMALAN AGAMA DAN PERILAKU MENYIMPANG DI KECAMATAN PEMULUTAN SELATAN KABUPATEN OGAN ILIR. Masters thesis, UIN RADEN FATAH PALEMBANG.

[img]
Preview
Text
SYAIFUL AMRI.pdf

Download (452kB) | Preview

Abstract

Kemiskinan di Pedesaan : Studi terhadap pengamalan agama dan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang melanggar norma-norma agama ataupun norma formal. Dalam teori sosiologi bahwa perilaku menyimpang terjadi di daerah miskin, rumah yang tidak layak huni, sarana kesehatan yang minim, dan jumlah keluarga yang banyak. Berdarkan kategori di atas Kecamatan Pemulutan Selatan sangat sesuai dengan predikat tersebut. Hal inilah yang menjadi alasan daerah Kecamatan Pemulutan Selatan cocok untuk dijadikan tempat penelitian sesuai dengan tema judul penelitian karena di daerah ini sangat banyak terjadi tindakan-tindakan perilaku menyimpang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi dan pendekatan antropologi. Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat hubungan kehidupan beragama masyarakat serta untuk melihat fenomena yang berkembang dalam masyarakat. Sedangkan pendekatan antropologis dimaksudkan untuk melihat budaya-budaya dalam masyarakat, termasuk kemiskinan. Apakah kemiskinan tersebut telah membudaya dalam masyarakat. Karena itu dilakukan pengamatan langsung terhadap wujud ataupun kegiatan berkembang dalam masyarakat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti merupakan instrumen utama dalam kegiatan penelitian, dan seorang peneliti kualitatif tersebut berupaya mendeskripsikan dan memahami masyarakat sebagaimana masyarakat itu sendiri mempersepsikan diri mereka. Oleh karena itu masyarakat yang menjadi sasaran lebih dipandang sebagai subjek yang mempunyai pendapat, sikap tentang diri mereka sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, angket dan observasi. Wawancara dilakukan dengan mendalam dengan semi atau tidak terstruktur. Responden di pilih secara sengaja (Purposive) yaitu orang-orang yang hidupnya miskin, dan pelaku tindakan menyimpang. Sedangkan analisis datanya menggunakan analisis data interaktif yang menggunakan langkah-lahkah (1) Reduksi Data, (2) Sajian data, dan (3) Verifikasi data. Dari analisis akhir diperoleh suatu kesimpulan bahwa masyarakat di Kecamatan Pemulutan Selatan terbagi dalam 3 (tiga) bentuk tingkat kemiskinan atau strata ekonomi yaitu petani pemilik lahan, petani penyewa tanah, dan buruh upahan. Masing-masing kelompok mempunyai strata ekonomi yang berbeda yaitu kelompok petani pemilik lahan mempunyai strata ekonomi yang lebih baik dibanding kelompok petani lainnya. Kelompok petani penyewa mempati urutan kedua dengan kategori miskin dan kelompok ketiga petani buruh upahan dengan kategori sangat miskin. Dalam teori BPS bila kepala keluaga mempunyai penghasilan bersih minimal Rp. 175,000/bulan maka dikelompokkan mendekati kemiskinan. Sedangkan dibawah penghasilan tersebut dapat kategori miskin dan sangat miskin. Sedangkan pengamalan agama masyarakat di daerah ini sangat rendah, hal ini dikarenakan rendahnya pendidikan masyarakat baik pendidikan formal maupun nonformal. Kedua, sikap agama. Kurangnya semangat (ghiroh) dari setiap individu dalam masyarakat untuk melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama, dengan alasan tidak ada waktu untuk mengerjakannya karena sibuk bekerja. Ketiga, ekonomi. Dengan strata ekonomi yang rendah menyebabkan motivasi untuk menjalankan ibadah atau ajaran agama sangat kurang. Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang ada dalam masyarakat Kecamatan Pemulutan Selatan antara lain; perjudian (togel, Rambo, dadu kuncang, dan sabung ayam), minuman keras (alkoholis), pencurian dan perampokan (kriminal berat). Perjudian menempati urutan pertama dalam prilaku menyimpang yang ada, karena perjudian tersebut telah merambah pada anak-anak usia sekolah, namun kasus seperti ini tidak sampai pada aparat polisi karena tidak ada pengaduan. Sedangkan minuman keras banyak di konsumsi oleh para remaja, malah aparat desapun kadang-kadang iktu dalam pesta minuman keras ini, namun sama halnya dengan perjudian kasus ini tidak sampai pada pihak polisi. Selanjutnya pencurian marak di darah ini terutama pelaku pencurian kebanyakan dari motifnya adalah masalah ekonomi. Selanjutnya perampokan kebanyakan bermotifkan ekonomi Karena pelaku perampokan yang ada di daerah ini termasuk professional criminal yaitu merampok merupakan pencaharian mereka.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 100 Filsafat dan Psikologi > 150 Psikologi (Umum)
Depositing User: PPS Pasca Sarjana
Date Deposited: 14 Feb 2020 04:23
Last Modified: 14 Feb 2020 04:23
URI: http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/6342

Actions (login required)

View Item View Item