POLITIK PENGUATAN INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DI INDONESIA (Telaah Historis Transformasi FA-UII Ke PTAIN Di Era Menteri Agama K.H. A. Wahid Hasyim)

DARUL, ABROR (2019) POLITIK PENGUATAN INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DI INDONESIA (Telaah Historis Transformasi FA-UII Ke PTAIN Di Era Menteri Agama K.H. A. Wahid Hasyim). Doctoral thesis, UIN REDEN FATAH PALEMBANG.

[img] Text
Bab 1 Disertasi Darul Abror pdf.docx

Download (240kB)

Abstract

ABSTRAK Berdasarkan hasil perolehan dokumen dan wawancara, terdapat dua konstruk temuan dalam proses politik penguatan instistusi pendidikan Islam di Indonesia era Menteri Agama K.H. A. Wahid Hasyim, Temuan Pertama, munculnya program penguatan institusi pendidikan tinggi Islam di Indonesia adalah adanya “Praksis Motif Imbang” pada personal Menteri Agama K.H. A. Wahid Hasyim yang relevan dengan kondisi sosio-politik yang kompleks di era tersebut. Pada karakteristik personalnya memiliki kecenderungan konsep pendidikan tinggi Islam yang nasionalis, modern dan moderat dengan mensintesiskan ilmu pengetahuan (logika) dengan taqwa (wahyu). Sedangkan pada praksisnya memiliki multi motif intrinsik yang kuat, baik atas perhatiannya yang all out terhadap kemajuan pendidikan Islam, spirit praksis politik yang tinggi, luasnya pengetahuan dan kuatnya manifestasi jiwa nasionalisme. Menteri Agama K.H.A. Wahid Hasyim juga piawai dalam berorganisasi, memiliki kecenderungan paradigma pendidikan alternatif sintetik serta cakap dan dapat diterima oleh semua golongan. Sedangkan pada kondisi sosio-politiknya, terdapat sekulerisasi ilmu pengetahuan antara “umum dan agama” atas kuatnya ideologi golongan “sekuler” yang telah terbentuk kokoh sampai ingin membubarkan Kementerian Agama di era K.H. A. Wahid Hasyim. Selain itu adanya respon atas lemahnya “political will” Rezim terhadap permasalahan pendidikan Islam dikarenakan rezim lebih fokus perhatiannya terhadap perkembangan Universitas “umum”. Temuan kedua, konstruk pola interaksi yang digunakan era Menteri Agama K.H. A. Wahid Hasyim dalam proses penguatan institusi pendidikan tinggi Islam di Indonesia adalah pola interaksi “Asosiatif-Akomodatif yang Kompromistis”, yakni proses interaksi yang memiliki indikasi menyatukan ide, gagasan yang aplikatif dengan golongan sekuler agar mendapat perhatian dan identitas yang “imbang”, sehingga bergaining program dengan Rezim (yang lebih mengharapkan penegerian UII di bawah Kementerian Pendidikan dan Budaya) dilakukan dengan cara yang lebih adaptif, koalisi kebangsaan antar Kementerian Agama, serta memprioritaskan stabilitas dan kepentingan semua golongan dengan sikap yang kompromistis, tassammuh dan tawassuth untuk mengurangi pertentangan “sekuler dan agamis” dengan tujuan mendapatkan solusi alternatif yakni “transformasi FA-UII ke PTAIN” sebagai embrio peradaban modern dan moderat yang dikontrol dan dikembangkan mandiri di bawah Kementerian Agama. Dengan dua konstruksi temuan di atas, peneliti bermaksud mengkonstruksi temuan-temuan di atas menjadi suatu konsep baru, yakni konsep politik “ikat rotan” sebagai bentuk representasi kecakapan personal dan kemahiran interaksi Menteri Agama K.H.A. Wahid Hasyim yang bisa dijadikan formula baru di era kontemporer dalam memberikan sumbangsih terhadap kemajuan pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Kata Kunci: Politik, Pendidikan Tinggi Islam, K.H.A. Wahid Hasyim.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: ?? L1 ??
Depositing User: PPS Pasca Sarjana
Date Deposited: 23 Sep 2020 02:54
Last Modified: 23 Sep 2020 02:54
URI: http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/7431

Actions (login required)

View Item View Item