Sutomo Abu Nashr, sutomo (2018) Pengantar Fiqih Jenazah. Uin Raden Fatah Palembang, Fakultas Syariah dan Hukum (Desti).
|
Text
fiqh jenazah.pdf Download (648kB) | Preview |
Abstract
Segala puji benar-benar hanya bagi Allah. Kita memuji-Nya, memohon-mohon pertolongan pada-Nya, meminta petunjuk-Nya dam mengharapkan ampunan-Nya. Kita berlindung dengan-Nya dari segala keburukan diri kita dan dari kemaksiatan amal-amal kita. Siapa yang mendapatkan petunjuk-Nya, tidak akan ada yang menyesatkannya. Siapa yang disesatkan-Nya, tidak akan ada yang mampu menunjukinya. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepada sang penyampai syariat, nabi besar Muhammad. Begitu juga kepada para keluarga, shahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Wa ba’du, Kematian meskipun memang tidak pernah diketahui siapapun waktu kedatangannya kecuali oleh Allah SWT, namun kedatangannya sudah sangat diketahui kepastiannya. Manusia hidup pasti akan mengalami kematian. Ketika tiba gilirannya nanti, mau tidak mau manusia harus mengakhiri kehidupannya di dunia ini. Semua yang dimilikinya akan ditinggalkan dan beralih secara otomatis hak kepemilikannya kepada ahli warisnya. Semua sanak saudara dan famili akan berpisah dan hanya yang mengalami kematian itulah yang akan tinggal “menyendiri” di alam kubur sana. Kematian tidak lebih dari sebuah jembatan. Kematian adalah jembatan yang menghubungkan muka dua kehidupan; kehidupan dunia yang pendek dan terbatas menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi tanpa batas. Dengan kematian itulah semua aktivitas manusia yang sedang dinilai oleh Allah SWT telah berakhir. Siapa yang bekerja –sebelum kematian menjemputnya- dengan sepenuh keras tenaganya, cerdas otaknya, dan ikhlas hatinya maka ia akan mendapati setelah kematiannya kehidupan baru yang indah luar biasa. Namun siapa yang tidak melakukan itu semua, tidaklah bisa berharap hal yang indah akan menghampirinya. Yang ada justru sebaliknya; siksa yang pedih dan kehidupan yang perih merintih. Untuk itulah manusia harus sering untuk diingatkan akan kematian. Rasulullah SAW kerapkali memerintahkan kita sebagai manusia ini untuk selalu memperbanyak dalam mengingat-ingat pemutus kenikmatan tersebut. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi, Nasai, Ibnu Majah, Abu Nuaim Al Ashfihani dan yang selain mereka, Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian dari mengingat-ingat pemutus kenikmatan (kematian)”. Dan salah satu bentuk implementasi yang cukup baik dari perintah nabawi diatas adalah penyelenggaraan daurah, penyuluhan, pelatihan, training, dan mungkin juga kajian rutin seputar fiqih jenazah.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | ?? KD ?? |
Divisions: | Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Law |
Depositing User: | Users 347 not found. |
Date Deposited: | 21 Nov 2018 04:11 |
Last Modified: | 21 Nov 2018 04:11 |
URI: | http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/2430 |
Actions (login required)
View Item |